Pasukan Sandi Berhasil Membuat Serangan Umum 1 Maret Berarti

Mediapublik.press(Tajuk) - Oleh: Arviantoni Sadri Serangan umum 1 maret 1949 dikenal fenomenal walau hanya mampu menduduki Jogjakarta selama 6 jam. Menjadi fenomenal karena menunjukkan eksistensi Republik Indonesia yang saat itu dikondisikan sudah bubar karena dikuasai kembali oleh Belanda. Atas penunjukan eksistensi ini Belanda berhasil digiring kembali ke meja perundingan hingga akhirnya Republik Indonesia mendapatkan pengakuan atas eksistensi nya secara de jure dari Belanda dalam konferensi meja bundar di tahun yang sama.

Buku kode untuk republik ini menjelaskan secara rinci bagaimana serangan yang singkat itu bisa menggema di dunia internasional. Tidak hanya fragmen serangan umum saja yang dijabarkan, melainkan setiap episode perang kemerdekaan digambarkan dengan sangat baik peran dinas kode saat itu dalam menyambung nafas kehidupan republik saat itu.

Bagi orang awam saat melihat sekilas judul dan cover buku kode untuk republik ini setidaknya memiliki ekspektasi untuk mengetahui beberapa kode kode penting yang selama ini di dirahasiakan. Ternyata bukan itu maksud buku ini. Melainkan penjabaran tentang sejarah terbentuknya lembaga sandi negara serta peranannya dalam perang kemerdekaan.

Di mulai dari pengertian dan sejarah sandi dunia penulis ingin menjelaskan tentang peran dari pasukan sandi dari awal digunakannya sandi sebagai bagian dari strategi perang. Yang menarik dari pembagian fragmentasi sejarah yang digunakan. Di buku ini penulis menggunakan waktu masa sebelum dan sesudah Islam sebagai patokan waktu dalam peristiwa sejarah sandi, bukan berpatokan pada masehi seperti pada umumnya. 

Penggunaan patokan waktu sejarah berdasarkan lahirnya agama Islam bukan tanpa alasan. Sebab sebagian ilmu dan penerapan dalam kriptografi lebih banyak di temukan oleh para ilmuwan muslim dan menjadi rujukan dalam pembuatan kode kode sandi di kemudian hari.

Fragmen menarik lain yang dijabarkan penulis dalam buku kode untuk republik ini adalah pada peranan pasukan sandi dalam perang dunia kedua. Pasukan Jerman dan Jepang begitu berjaya di awal pecahnya perang dunia kedua karena kedua negara tesebut mempunyai mesin pembuat kode yang lebih maju di banding negara negara lawannya, sehingga rencana rencana serangan dari kedua negara tersebut luput dari pantauan dan sulit di antisipasi.

Situasi kebalikan terjadi saat pasukan Amerika dan sekutu menyadari akan kecanggihan mesin kode Jerman dan Jepang. Atas kesadaran ini pasukan Amerika dan sekutu bahu membahu untuk bekerja keras menciptakan mesin sandi yang lebih canggih sehingga bisa memecahkan sandi sandi yang di buat oleh Jerman dan Jepang, sehingga rencana serangan mereka bisa di antisipasi bahkan di patahkan.

Usaha keras amerika dan sekutu baru terlihat hasilnya di akhir tahun 1944 sebagai awal dari kejatuhan jerman dan Jepang, yang puncaknya terjadi saat Jepang menyerah tanpa syarat karena bom atom yang di jatuhkan ke Hiroshima dan Nagasaki.

Setelah momentum kekalahan Jepang di manfaatkan oleh pendiri bangsa dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, maka negara juga merasa perlu untuk membangun komunikasi secara rahasia mengingat proklamasi kemerdekaan belum sepenuhnya diakui. Oleh karena itu di bentuklah dinas kode di bawah naungan tentara. Maka di mulailah peran pasukan sandi Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.

Peran pasukan sandi saat perang kemerdekaan menjadi sangat vital karena tentara Indonesia saat itu belum memiliki kemampuan yang memadai untuk berperang secara terbuka karena keterbatasan sarana dan pengalaman. Sehingga pilihan gerilya menjadi pilihan paling rasional saat Belanda menyerang Indonesia. Dalam perang gerilya inilah peran pasukan sandi menjadi signifikan dalam menjamin kerahasiaan komunikasi para petinggi negeri dan komandan pasukan di lapangan. 

Terlebih ketika pejabat tinggi Indonesia ditawan Belanda saat agresi kedua maka pemerintahan darurat yang di pimpinan Syafrudin Prawiranegara di Sumatera Barat menjalankan pemerintahan juga dengan strategi gerilya. 

Pemerintahan yang dijalankan secara darurat dari hutan ke hutan sangat bergantung dari alat komunikasi dan pesan pesan bersandi untuk memberikan kabar, arah kebijakan dan strategi perjuangan saat itu. Pemerintahan darurat harus tetap menjalin komunikasi dengan para komandan gerilya di berbagai daerah serta tetap menguatkan jalur diplomasi di luar negeri. 

Sinergi yang baik antar pihak dalam berkomunikasi secara efektif dan bersih akhirnya memaksa Belanda kembali ke meja perundingan dan mengembalikan eksistensi Republik Indonesia secara utuh di dunia internasional.

Penulis menutup bagian akhirnya dengan jabaran singkat akan perkembangan dan perubahan dinas sandi hingga akhirnya sekarang menjadi lembaga sandi negara. (Arvi - 0031)

Copy

MEDIA PUBLIK

Media Cerdas Bangsa
    Facebook Comment
    Google Comment

0 comments:

Post a Comment